INI DIA PENYEBAB SEPEDA MOTOR SERING “NGEMPOS” PAS LAGI DIGEBER




Ilustrasi sepeda motor yang tengah menepi
Kembali lagi pada artikel icalan01, situs pasang iklan tanpa ribet! Kali ini kami akan coba sharing kembali mengenai problem pada kendaraan bermotor, tepatnya sepeda motor. Salah satu penyakit yang sering diderita oleh para pengendara sepeda motor adalah seringnya hilang tenaga atau  “ngempos” pada saat berkendara. Biasanya hal ini sering terjadi pada sepeda motor dengan sistem karburasi walau tidak sedikit pula sepeda motor dengan sistem injeksi yang sering mengalami hilang tenaga pada saat gas mulai diputar.

Pada intinya agar dapat berjalan normal, sepeda motor harus terpenuhi beberapa unsur dasar yang diantaranya adalah:
  1.  Bahan Bakar yang berupa bensin
  2. Udara atau oksigen yang diolah oleh karburator atau injektor
  3. Serta percikan api yang didapat dari percikan api busi

Bila ketiga hal tersebut telah diperhatikan dan dipelihara dengan baik maka besar kemungkinan proses pembakaran pada engine atau mesin sepeda motor akan bekerja dengan baik. Sehingga gejala hilang tenaga atau ngempos akan tereliminer.

Apabila sepeda motor kesayangan pembaca merupakan sepeda motor yang belum pernah dioprek baik dalam bidang karburator, engine, maupun kelistrikan, maka hal yang perlu dicek adalah perbandingan kompresi sepeda motor yang dimiliki.

Mengapa perlu dicek perbandingan kompresi? Memang ada pengaruhnya? Tentunya ada. Perlu disadari bahwa sepeda motor yang digunakan pada mayoritas masayarakat Indonesia adalah sepeda motor yang menggunakan sistem pembakaran untuk menghasilkan tenaga atau dalam bahasa fisika disebut daya. Bila pembakaran berantakan atau tidak sesuai maka kemungkinan besar daya yang dihasilkan akan berantakan pula.

Perbandingan kompresi menentukan titik bakar suatu engine sepeda motor, dikarenakan mayoritas sepeda motor yang beredar dijalanan belum menggunakan sistem ECU maka timing ignition-nya tidak dapat disetel pada titik tertentu. Bila salah dalam menggunakan bahan bakar maka akan terjadi gejala kehilangan tenaga, pembakaran tidak sempurna, serta emisi yang cenderung berlebih.
Untuk menghindari hal tersebut maka titik penting dalam masalah ini adalah jeli dalam memilih bahan bakar. Bahan bakar dengan nilai oktan tertentu harus disesuaikan pula dengan perbandingan kompresi tertentu pada sepeda motor.

Dalam masalah ini, PERTAMINA telah menyediakan bahan bakar untuk kebutuhan sepeda motor diantaranya Premium (yang entah kemana), Pertalite, Pertamax, serta Pertamax Plus. Adapun deskripsi oktan serta perbandingan kompresi bahan bakar tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Premium              : Beroktan 88 dan cocok untuk rasio kompresi 7:1 hingga 9:1
  2. Pertalite               : Beroktan 90 dan cocok untuk rasio kompresi 9:1 hingga 10:1
  3. Pertamax             : Beroktan 92 dan cocok untuk rasio kompresi 10:1 hingga 11:1
  4. Pertamax Plus     : Beroktan 95 dan cocok untuk rasio kompresi 11:1 hingga 12:1
Nah setelah mengetahui nilai oktan dan kegunaanya untuk perbandingan kompresi di titik mana. Maka pertanyaan selanjutnya bagaimana cara mengetahui perbandingan kompresi sepeda motor kita?.

Agar dapat mengetahui perbandingan kompresi sepeda motor, maka pembaca tinggal melakukan riset melalui internet atau istilah kekiniannya adalah searching mengenai spesifikasi sepeda motor merek “X” (hanya sebagai contoh). Nantinya akan terdeskripsikan spesifikasi lengkap mengenai sepeda motor tersebut. Adapun langkah sederhana untuk mengetahui perbandingan kompresi sepeda motor kita tinggi atau rendah adalah dengan melakukan kick starter atau “selah”. Semakin berat kick starter maka semakinm tinggi kompresinya.

Ilustrasi Yamaha Byson

Sebagai contoh disini akan diberikan contoh perbandingan kompresi sepeda motor Yamaha Byson yang notabene sering mengalami masalah hilang daya saat digeber. Perbandingan kompresi Yamaha Byson berada di angka 9,5:1 maka bahan bakar yang direkomenddasikan adalah bahan bakar beroktan 90 yang salah satunya adalah Pertalite. Bagaimana bila menggunakan bahan bakar yang nilai oktannya lebih tinggi? Seperti yang telah disinggung pada pembahasaan sebelumnya hal tersebut tidaklah direkomendasikan karena mubazir. Bahan bakar cenderung tidak terbakar sempurna dan emisi gas buang yang cenderung berlebih, serta jangan lupakan risiko hilang daya saat tengah spontan menarik gas.

Disini kami tidak dalam upaya propaganda, hanya sekedar berbagi pengalaman saja. Tahun-tahun lalu kami telah menggunakan Pertamax sebagai bukti tidak ingin memakan subsidi pemerintah. Kala itu Pertalite belumlah ada, pilihan hanya tertuju pada Premium dan Pertamax serta Pertamax Plus. Alhasil beberpa tahun, kami gunakan Pertamax karena merupakan rekomendasi dari beberpa media.

Akan tetapi jujur saja, embel-embel jarak tempuh yang lebih jauh tidak dirasakan. Sepeda motor malah memiliki daya getar berlebih serta sering batuk-batuk disertai hilang daya. Seiring berjalannya waktu, secara diam-diam Pertamax dinaikan hingga yang kami sadari Pertamax naik senilai Rp. 1000 lebih, tentunya hal tersebut harus dijadikan pertimbangan, apakah harus tetap memakai Pertamax dengan khasiat yang tidak dirasakan dan harga beli yang mulai memangkas uang didompet atau beralih ke bahan bakar lain. Dengan berat hati, pada suatu waktu akhirnya kami mulai mencicipi Pertalite. Memang sebagai langganan isi Pertamax, berhijrahnya pilihan membuat operator SPBU cukup keheranan (mungkin karena biasanya antre untuk mengisi Pertamax).

Sebetulnya ketika pertama kali mengisi Pertalite, ekspetasi yang didapat adalah sepeda motor yang akan semaki batuk-batuk dan hilang daya, namun hal tersebut tidak mutlak terjadi mengingat komposisi Pertamax dan Pertalite yang masih tercampur. Namun seiring berjalan waktu mulai terasa perbedaan yang signifikan, selain lebih ramah dikantong, sepeda motor juga enak buat digeber (terlebih dalam transisi turunkan gas serta spontan menarik gas). Hal tersebut tentunya membuat rasa heran muncul, hal tersebut terjadi karena waktu itu yang kami tahu adalah Pertamax adalah bahan bakar terbaik untuk sepeda motor kami. Namun, lambat laun keheran itu mulai terjawab seiring dengan informasi mengenai oktan yang sesuai dengan perbandingan kompresi sepeda motor yang digunakan.

Sekali lagi, tulisan ini bukan untuk mempropaganda maupun menjelek-jelekan Pertamax. Semua jenis bahan bakar yang dikeluarkan oleh Pertamina sejatinya bagus-bagus. Hanya saja yang membuat bahan bakar itu tidak optimal adalah karena penggunaan yang tidak sesuai, contohnya kasus yang tadi dibahas. Maupun contoh lainnya seperti menggunakan Premium untuk kendaraan yang memiliki perbandingan kompresi 11:1.

Kami rasa tulisan ini kami cukupkan sekian, jangan lupa untuk lihat-lihat katalog iklan kami atau pasang iklan jualan di situs kami, 100% gratis.
Jangan lupa untuk berkomentar bila ada yang ingin ditambahkan!
Semoga bermanfaat.